Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga.[1] Dalam hal ini jika anak dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika anak dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yangcelaka dan binasa.
Agama Islam memerintahkan para orang tua untuk mendidik anak dan memikulkan tanggung jawab itudi pundak mereka. Apabila orang tua ingin mempunyai anak, orang tua yang memberi hidup, maka orang tualah yang bertanggung jawab.[2] Tujuannya agar setiap orang tua dapat mempersiapkan anak-anaknya sebagai generasi masa depan yang penuh dengan tantangan, seperti krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia sekarangini yang tidak kunjung berakhir. Kita dapat melihat melalui media massa elektronik maupun cetak, dapat diperoleh gambaran, bahwa berbagaipersoalan sosial seperti KKN, anarkisme, lunturnya budi pekerti dan nasionalisme yang silih berganti. Hal mendasar yang menjadi akar dari persoalan sosial tersebut adalah adanya krisis moral dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Maka sudah menjadi keharusan untuk menanamkan nilai ahklakul karimah pada anak-anak sejak usia dini, melalui berbagai media pendidikan di lingkungankeluarga, masyarakat, ataupun lembaga pendidikanformal. Seperti halnya firman Allah SWT,pada surat at - Tahrim ayat 6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … (At-Tahrim: 66: 6)”.[3]
Mengingat anak-anak adalah aset besar orang tua yang bisa memberikan syafaat pada ayah dan ibumereka kelakdi akhirat jika mereka meninggal dunia dalam keadaan masih muda, dan replika amal kebaikan mereka akan diletakkan dalam timbangan ayah ibu mereka,jika mereka tumbuh besar sebagai orang-orang yang sholeh dan beriman, bahkan merekajuga akan mensyafaati orang tua mereka jika gugur syahid di jalan Allah, maka Islam punmenetapkan hak-hak yang harus ditunaikan orang tua pada mereka. Hal yang terpenting adalah nafkah, memperlakukan mereka dengan adil,dan memberi mereka pendidikan dan pengajaran.[4] Selain itu mendidik anak sejak dini dengan yang tepat termasuk salah satu kewajiban terpenting orang tua atau kewajiban rumahtangga secara umum terhadap anak dan masyarakat, dengan asumsi bahwa rumah adalah rumah pertama anak-anak dan jika tidak bisa menjalankan fungsinya maka ia tidak bisa tergantikan dengan institusi atau lembaga pendidikan manapun.[5] Di dalam UU No 2/1989, pasal 10 dibahas tentang pendidikan keluarga sebagai bagian dari jalurpendidikanluarsekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.[6] Selain itu dalam UU Sisdiknas, pasal 7 ayat 1 berisi tentang orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi.[7]
Dalam hal ini orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak,maka orang tualah sebagai kunci utama keberhasilan anak. Langkah pertama merupakan hal paling penting yang harus diperhatikan dan dijaga sebaik-baiknya, karena sesungguhnya seorang anak secara fitrah diciptakan dalam keadaan siap untuk menerima kebaikan atau keburukan.Tiada lain hanya kedua orangtuanyalah yang membuatnya cenderung pada salah satu di antara keduanya.[8] Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW. pernah bersabda :
“Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannyaseorang yahudi, seorangNasrani, atau seorang Majusi” (H.R. Bukhori)
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) umur 0-12 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Dan yang paling berperan dalam hal ini adalah orang tua dalam keluarga. Karena itu, anak yang tidak pernah mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama, demikian sebaliknya.[10]
Belajar mengaji, membaca dan menulis Al-Qur’an memang harus dimulai sejak kecil. Kefasihan lafadl Arab dan bacaan Al-Qur’an pada umumnya telah terbiasakan sejak usia dini.[11] Perlu disadari bahwa hal ini adalah suatu perkara yang serius bagi setiap keluarga Muslim yang dikaruniai anak. Imam Thabrani meriwayatkan, dari Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi SAW, bersabda :
“Didiklah Anak-anak kalian dengan tiga buah perilaku, mencintai Nabi kalian, mencintai keluarga Nabi dan membaca Al-Qur’an.”(H.R. Ad-Dailamy)[12]
Fenomena yang cukup menggembirakan, dalam era globalisasi ini, perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya sangat meningkat tajam, terutama mengenai masalah pendidikan agama, dimana lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan plus kurikulum pendidikan agama (Islam) melalui program full day school selalu “diserbu” orang tua yang menginginkan anaknya diterima di lembaga pendidikan tersebut walaupun dengan biaya yang tidak sedikit. Fenomena ini disebabkan kegamangan orang tua mengenai penetrasi globalisasi budaya baru, gaya hidup yang tak lagi mengenal batas wilayah, tradisi dan gaya baru cara berkawan yang mendesakralisasikan pergaulan kaum muda yang telah merongrong dan mengeroposkan spiritualitas kaum muda.
Diantara lembaga pendidikan non-formal dengan kekhasan keagamaan (Islam) yang cukup menjadi perhatian dan diminati oleh masyarakat adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Di dalam buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ (Kanwil Depag Jatim,1993) dinyatakan bahwa tujuan pendidikan TK/TPQ adalah “menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muslim yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai Al-Qur’an, menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari”.[13]
Hadirnya Taman PendidikanAl-Qur’an Nurul Ummah yang berada di Kotagedeada sambutan baik dari masyarakat, terbukti sampai saat ini santrinya mencapai 150-an dibandingkan dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an lainnya yang berada di sekitar Kotagede atau Yogyakarta, khususnya Taman Pendidikan Al-Qur’an yang menggunakan metode Qiraati.Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah disingkat TPQNU adalah salah satu lembaga di bawah naungan Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Ummah dan Yayasan Bina Putra. Sejak berdirinya, tanggal 20 Agustus 2001 hingga sekarang adalah merupakan lembaga pendidikan sosial keagamaan yang selalu berusaha untuk istiqomah dan terus menerus berupaya memfasilitasi masyarakat dalam upaya mewujudkan dan mencetak generasi Qur’ani serta generasi yang mau mengamalkan ajaran–ajaran Islam sejak dini.[14]
Metode Qira’atiadalah metode yang digunakan dalam lembaga TPQ Nurul Ummah Kotagede, guna menghantarkan anak didik atau santri untuk bisa menguasai baca tulis Al–Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan benar (LCTB) sesuai dengan kaidah tajwidnya.[15]
Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah setiap santri dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dalam membacanya bukan sesuai umur sehinggadalam proses belajarnya akan terjadi kesenjangan antara santri yang sering belajar dengan santri yang malas belajar, karena di TPQ Nurul Ummahsistem pembelajarannya menggunakan metode Qira’ati sehingga setiap kenaikan jilid harus diuji oleh penanggung jawab (PJ) Qira’ati pada lembaga yang bersangkutan dan untuk kelulusan tergantung kemampuan santri dalam hal kelancaran, kecepatan, ketepatan dan kebenaranya, apabila santri tidak lulus maka santri tersebut wajib mengulang pada kelas semula. Selain peranserta anak didik, guru/ustadzdalam keberhasilan santri dalam mempelajari Al-Qur’an orang tua juga ikut berperanserta dalam menentukan keberhasilan anak tersebut, karena pada masa anak-anak perlu adanya dorongan atau bimbingan dari orang tua untuk meningkatkan semangatnya. Tujuan membimbing adalah membantu anak menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.[16] karena setiap orang tua selalu mengharapkan putra-putrinya memperoleh sukses dalam hidupnya. Salah satu area yang dianggap sangat penting adalah keberhasilan anak dalam akademis. Untuk keperluan itu, sebagian besar dari orang tua yang memiliki putra-putri berprestasi adalah menemani anak ketika belajar.[17] Karena orang tua adalah kunci utama keberhasilan anak.[18]
Kegiatan belajar-mengajar di TPQ Nurul Ummah dilaksanakan setiap harikecuali hari minggu dan hari-hari besar Islam sehingga banyak santri yang merasa bosan kalau tidak adanya motivasi langsung dari orang tua, selain itu kegiatan pembelajaran di TPQ Nurul Ummah juga sangat membutuhkan adanya pendampingandalam belajar terutama ketika di rumah, Adapun bantuan yang amat diperlukan anak, yaitu bantuan memberi semangat, mendorong, menciptakan suasana belajar. Anak yang katanya tidak bisa membuat soal jangan diberi jawaban tetapi diberi dorongan agar berupaya memecahkannya sendiri. Duduk di sampingnya, setengah jam atausatu jam memberi petunjuk sedikit kalau cara belajarnya kurang baik.[19] Karena menurut Kepala TPQ Nurul Ummah anak yang sering didampingi orang tua dalam belajar khususnya materi yang diajarkan di TPQ anak tersebut cenderung lebih cepat khatamnya dibandingkan dengan santri yang hanya dibiarkan oleh orang tuanya begitu saja.[20]
Dengan demikian maka penulis akan mencoba meneliti tentang peranan orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah, karena di TPQ Nurul Ummah merupakan salah satu lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an yang menggunakan metode Qiraati, sehinga menuntut santri untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar-mengajarnya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1.Apa saja usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah ?
2.Bagaimana peran orang tua terhadap anaknya ketika anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah ?
3.Bagaimana hasil dari peranserta orang tua terhadap anaknya ketika anak mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.?
C.Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a.Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.?
b.Untuk mengetahui sejauhmana peran orang tua terhadap anaknya dalammempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.?
c.Untuk mengetahui sejauh mana hasildari peran serta orangtua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.?
2.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a.Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap anak dalam pendidikan.
b.Menjadi bahan acuan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang, terutama penelitian yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap keberhasilan anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an.
c.Dapat menambah wawasan bagi peneliti tentang peran serta orang tua dalam pendidikan.
d.Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya peranan orang tuadalam pendidikan terutama di Taman Pendidikan Al-Quran Nurul Ummah.
e.Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi lembaga pendidikan TPQ Nurul Ummah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Ummah dan Yayasan Bina Putra dalam perkembangannya ke depan pada khususnya dan dapat berguna bagi lembaga-lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an lainnya.
D.Telaah Pustaka
Untuk mencapai hasil penelitian yang ilmiah, diharapkan data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat menjawab secara komprehensif semua permasalahan yang ada. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi duplikasi karya ilmiah.
Dari beberapa laporan penelitian yang penulis baca telah ada yang pernah membahas tentang masalah yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap anak, diantaranya ;
Pertama ; Skripsi saudari Aisyah Fakultas tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (2001) yang berjudul “Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian muslim anak di Desa Grobog Kulon Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal”, berisi tentang peran orang tua di Desa Grobog Kulon dalam mewujudkan kepribadian muslim pada anak cukup besar, terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang perkembangannya baik, mereka selalu mendapatkan perhatian, bimbingan dan didikan dari orang tua, sementara usaha orang tua dalam mewujudkan kepribadian muslim anak antara lain dengan memberikan kasih sayang, menanamkan nilai-nilai agama, membimbing dan mendidik, memberikan teladan yang baik, serta menciptakan suasana yang religius.
Kedua ; Skripsi saudari Nailul Fauziah Fakultas Tarbiyah jurusan Kependidikan Islam (2003) yang berjudul “Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang berisi tentang perkembangan kepribadian anak berjalan dengan bantuan dari orang tua maupun pendidik, yaitu dengan beberapa fase-fase perkembangan kepribadian anak yang terdiri dari fase keseluruhantanpa diferensiasi sertaperanan orang tua dalam perkembangan kepribadian anak dari berbagai aspek diantaranya :
1.Peran orang tua dalam mengembangkan aspek kejasmanian.
2.Peranan orang tua dalam mengembangkan aspek kejiwaan.
3.Peranan orang tua dalam mengembangkan aspek kerohanian.
Ketiga, Skripsi saudari Eva Kusdamayanti Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris MIPA Program Studi Fisika (2003) yang berjudul Peranan Orang Tua Terhadap Pengenalan Sains dan Teknologi pada Anak Prasekolah (Perspektif Islam) yang membahas tentang cara pandang Islam terhadap pendekatan anak serta mengupas tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan, selain itu dibahas tentang besarnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan anak prasekolah dan membahas tentang konsep wujud zat dan energi yang dikemas dalam bentuk permainan di mana posisi orang tua sebagai sumber inspirasi dalam memotivasi anak prasekolah.
Terkait dengan pernyataan di atas, penulis berinisiatif untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. dengan obyek pembahasan yang berbeda yaitu “Peranan Orang Tua Terhadap Keberhasilan Anak dalam Mempelajari Al-Qur’an dengan Metode Qiraati (Studi Kasus di Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta)” yang membahas tentang peran serta orang tua terhadap anaknya ketika mempelajari Al-Qur’an dengan menggunakan metode Qiraati.
E.Landasan Teoritik
1.Peranan
Istilah peranan barasal dari kata “peran” yang berarti bagian dari tugas yang harus dilakukan[21]peran mendapat tambahan “an”menjadikan arti peranan menjadi dinamis dari kedudukan (status). Peranan dapat diartikan sesuatuyang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal/peristiwa.[22] Peranan juga dikatakan perilaku/lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. dalam hal ini maka kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian daripada suatu proses.[23]
Berdasarkan arti kata tersebut di atas maka yang penulis maksud dengan peranan adalah suatu fungsi dari suatu individu yang mampu merubah struktur sosial dalam masyarakat. Peranan disini lebih menyentuhpada bimbingan dimana riset-riset membuktikan, bahwa ikut berkecimpung/ terlibatnya para orang tua terhadap anak-anak mereka dalam proses belajar, dapat membantu anak-anak dalam meningkatkan kosentrasi. [24]Langkah yang harus diusahakan dalam rangka membimbing anak menuju pembentukan watak yang mulia dan terpuji yang sesuai dengan harapan agama Islam adalah diberi contoh teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba[25].
2.Orang Tua
Yang dimaksud dengan orang tua adalah “Ibu dan Bapak”[26] dalam hal ini orang tua yang bertanggung jawab atas kehidupan anak maupun keluarganya sendiri, yang harus memberikan dasar dan penghargaan yang benar terhadap anaknya, yakni terhadap kegiatan belajar anak. Adapun peranan yang terpenting dalam masalah ini adalah seorang Ibu dan Bapak. Karena dalam hal ini mengingat seorang Ibu dan Bapak adalah orang yang paling dekat dengan anak yang secara otomatis mengetahui segala perubahan serta karaktar yang dialami oleh seorang anak terutama dalam belajar Al-Qur’an.
Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungan dimana dia bergaul dengan orang lain, terlebih dahulu ia hidup dalam alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal pendidikan atau mengenyamnya pada mula pertama kali. Terutama ibunya, sejak dalam kandungan dia telah mempunyai hubungan batin dengan ibunya. Sementara itu bila mana si anak telah mengenal dunia sekolah dan dunia masyarakat lingkungannya, orang tua hendaknya selalu mengawasi atau mengontrol sampai dimana daya tahan mental si anak menghadapi pengaruh luar itu.[27]
Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak.[28] Orang tua yang menghargai anak secara tulus dan menunjukkan sikapantusias ketika anak membaca cenderung mendorong anakuntuk lebih bersemangat sehingga mereka memiliki keterlibatan psikis yang penuh. Keterlibatan psikis ini merangsang otak untuk berpikir lebih cepat dan lebih cerdas.[29]
Secara edukatif-metodologis, mengasuh dan mendidik anak, khususnya di lingkungan keluarga, memerlukan kiat-kiat atau metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Namun ada beberapa metode yang patut digunakan, antara lain :
a.Pendidikan melalui pembiasaan
Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan.Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tatacara ibadah (salat), baca Al-Qur’an, do’a-do’a dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan salat, membaca Al-Qur’an dan mengucap kalimah thayyibah.
b. Pendidikan dengan Keteladanan
Untuk mengajak anak membaca Al-Qur’an terlebih dahulu orang tua membaca Al-Qur’an. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak sehingga mereka ingin menirunya.
c. Pendidikan melalui nasihat dan dialog
Orang tua sebaiknya memberi perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan yang dihadapi anak. Apalagi anak yang tengah memasuki fase kanak-kanak akhir, usia antara 6-12 tahun mereka mulai berfikir logis, kritis, membandingkan apa yang ada di rumah dengan yang mereka lihat di luar, nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan secara “absolut” mulai dianggap relatif, dan seterusnya. Orang tua diharapkan mampu menjelaskan,membarikan pemahaman yang sesui dengan tingkat berpikir mereka.
d. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman
Penghargaan perlu diberikan kepada anak yang memang harus diberi penghargaan. Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya menghargai orang lain. [30]
Bagi setiap orang tua harus senantiasa memiliki langkah aktif terhadap pendidikan anak-anak mereka baik ketika di rumah maupun disekolah. atas dasar itu mereka harus memiliki peran positif terhadap pihak sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan tempat anak-anak mereka mendapatkan pengajaran. Tanpa sikap yang demikiandari pihak orang tua, maka problem pendidikan yang dihadapi sang anak dapat menjadi tambah runyam, termasuk hilangnya gairah membaca buku dan mencintai pelajaran sekolah.[31]
Disadari sepenuhnya bahwa waktu yang dihabiskan anak di sekolah lebih sedikit dibanding waktu anak dirumah, oleh karena itu, anak juga harus bisa menggunakan waktu di rumah untuk belajar apa yang dipelajari di sekolahhendaknya dapat diulang atau diteruskan dirumah sehingga hasilnya lebih baik[32]
3.Keberhasilan
Keberhasilan adalah hasil yang dicapai atau ditunjukan oleh murid sebagai hasil belajar, baik yang berupa angka, huruf maupun tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing anak periode tertentu.[33] Atau suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.[34] Sedangkan indikator keberhasilan ada dua yaitu ;
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam TIK telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun daya serap lebih banyak dijadikan indikator untuk menjadi tolak ukur keberhasilan.[35]
4.Anak
Anak adalah seseorang yang masih tinggal bersama orang tua dalam satu rumah. Dalam bahasa arab disebut “Walad” yang berarti turunan kedua atau manusia yang masih kecil[36] atau keturunan pertama sesudah ibu bapak[37]
Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.[38] Sedangkan yang dikatakan anak-anak menurut Profesor DR. Zakiah Darojat berkisar antara 6 samapi 12 tahun.[39] Demikian Agus Sujanto menyebutkan bahwa masa anak-anak adalah pada waktu anak berumur 6-12 tahun.[40]
Dari beberapa pengertian anak tersebut di atas, penulismengambil kesimpulan untuk membatasi pengertian anak dalam skripsi ini bahwa yang dimaksud anak adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang dari berakhirnya masa balita hingga menjelang pubertas yaitu 12 tahun. Sehingga penulis hanya akan meneliti pada anak yang umurnya 4 sampai 12 tahun saja.
5. Mempelajari Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. denganmaksud untuk diajarkan kepada manusia sepanjang zaman di mana pun mereka berada. Anak-anak yang menjadi bagian manusia di dunia ini berhak mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari orang dewasa, terutama dari ibu bapaknya. Jadi ibu bapak memikul kewajiban untuk mengajarkan anak-anak mereka mengaji Al-Qur’an supaya tidak buta hurufmengenai Al-Qur’an ini.
Orang tua semestinya lebih dahulu pandai membaca Al-Qur’an sebelum mengajarkannya pada anak-anak. Bagaimana orang tua melaksanakan kewajiban ini kepada anaknya bila mereka sendiri tidak dapat mengaji, bahkan tidak mengenal Al-Qur’an? adapun orang tua yang terlanjur tidak dapat mengaji Al-Qur’an, tidaklah dapat dijadikan alasan untuk memberikan dirinya buta huruf Al-Qur’an. Mereka dapat melalui belajar mengaji kepada orang –orang yang mampu mengaji. Kemudian agar anak-anaknya dapat mengaji, mereka dapat mengirimkannya kepada guru-guru ngaji atau kursus-kursus mengaji yang ada di daerahnya atau daerah lain yang bisa ditempuh.
Untuk anak-anak,pengajaran Al-Qur’an pertama-tama ditekankan pada ketepatan mengucapkan huruf-huruf yang biasa disebut dengan makharijul huruf. Sesudah ketepatan membaca huruf-huruf, ditingkatkan ke kefasihan membaca dan kalimat. Setelah itu ditingkatkan pada tajwid. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid termasuk bagian upaya kita memuliakan Al-Qur’an. Rasulullah SAW. selalu menganjurkan agar kita membaca Al-Qur’an dengan bertajwid.[41]
Ibnu Khalmanmengatakan : Mengajarkan Al-Qur’an merupakan dasar pengajaran dalam semua sistem pengajaran di berbagai negara Islam, karena hal itu merupakan salah satu syiar agama yang akan berpengaruh terhadap proses pemantapan aqidah dan meresapinya iman. Rasulullah menjelaskan betapa pentingnya belajar Al-Qur’an dengan sabdanya ;
“Sebaik-baik orang diantara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya “; HR. Bukhari.[42]
Di antara hakanak adalah menjadi imam dan pemimpin jika ia mempunyai ilmu dan bagus bacaan Al-Qur’annya. Rasulullah SAW. Bersabda:
“Jika ada orang dalamperjalananmakahendaklahyang mengimami mereka adalah orang yang paling baik bacaan Al-Qur’annya walaupun ia paling kecil. Jika ia mengimaminya maka dialah pemimpin mereka” (H.R. ‘Abdur-Razzaq)[43]
Sudah dimafhum bahwa yang dimaksaud dengan yang paling baik bacaannya adalah yang paling memahami hukum-hukum shalat dan bacaan Al-Qur’an.
6. Metode Qiraati
Qiraatiberarti “bacaanku” yang bermakna “inilah bacaanku (bacaan Al-Qur’an) yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid”.[44] Sedangkan tujuan dari qiraati yaitu :
a.Menjaga dan memelihara kehormatandan/atau kesucian Al-Qur’an dari segi bacaan yang benar(tartil) sesuai dengan kaidah tajwid.
b.Menyebarkan ilmu baca Al-Qur’an bukan menjual buku.
c.Mengingatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajarAl-Qur’an.
d.Meningkatkan mutu (kwalitas) pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an.[45]
Sedangkan target yang diharapkan dengan metode qiraati adalah seseorang (siswa/santri) akan mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Disamping itu pada batas waktu tertentu (lebih kurang dua tahun) peserta didik sudah mampu untuk khatam 30 juz (bin nadzar). adapun target ini dapat diperjelas dengan :
a. Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil yang meliputi:
1)Makhroj Sebaik mungkin.
2)Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang bertajwid.
3)Mengenal bacaan ghorib dan bacaan musykilat
4)Hafal (faham) ilmu tajwid praktis.
b. Mengerti Sholat, bacaan dan praktisnya.
c. Hafal surat-surat pendek, minimal sampai adh-Dhuha.
d. Hafal do’a-do’a pendek (do’a sehari-hari, dari bangun tidur sampai tidur kembali)
e. Mampu menulis Arab dengan baik dan benar.
7.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu Faktor dari dalam diri sendiri (internal) danFaktor dari luar individu (eksternal).
a. Faktor dari dalam (internal)
Faktor internal ini terdiri dari fisik dan psikis
1) Fisik
Untuk fisik yaitu melalui kondisi umum jasmani dan kondisi organ-organ khusus. Yang dimaksud dengan kondisi umum jasmani,seperti sehat, segar, tidak mengantuk. Sedangkan yang dimaksud kondisi organ-organ khusus, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
2) Psikis
Yaitu melaluiintelegensi/kecerdasan, motivasi dan kesiapan mental.
b. Faktor yang terdiri dari luar (eksternal)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari luar terdiri dari tiga poin yaitu :
1) lingkungan sosial (keluarga, guru danteman)
2) Lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas)
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tinjauan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat, hubungan sesuatu fenomena yang diselidiki.[47]
2.Pendekatan Penelitian
Pendekatan peneltian yang penulis gunakan adalah pendekatan naturalistik. Pendekatan naturalistik adalah pendekatan yang memandang kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak, utuh / merupakan kesatuan.dan berubah/openended[48] Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Dengan pendekatan ini penulis terlibat secara langsung dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti.
3.Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi subyek penelitian.[49] Atau dengan kata lain subyek penelitian adalah sumber dimana data itu diperoleh. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah:
a.Orang Tua (Wali Santri TPQ Nurul Ummah) dengan sampel 35 orang.
b.Anak (Santri TPQ Nurul Ummah) dengan sampel 35 anak.
c.Ustadz/ah TPQ Nurul Ummah sebanyak 15 orang.
4.Metode Pengumpulan Data
Mengingat penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan mengambil Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah sebagai tempat penelitian, maka pengumpulan data yang diperlukan,dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.[50]
Metode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang semua kegiatan dan kondisi Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah. Adapun jenis observasi yang penulis gunakan adalah observasi partisipan, karena peneliti turut ambil bagian dalam obyek yang diteliti, hal inipun sesuai dengan pendekatan naturalistik yang peneliti terapkan dalam penelitian.
b.Interview
Wawancara (interview) yaitu percakapan dengan maksud tertentu , percakapan itu dilakukan oleh pewawancara (Interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikanjawaban atas pertanyaan itu.[51]tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk memperoleh keterangan dan informasi mengenai peranan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat masalah-masalah inti dalam penelitian. Dalam kegiatan wawancara menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dengan demikian wawancara dikemukakan dengan kalimat bebas tidak terpaku pada pedoman, akan tetapi dikembangkan sesuai dengan keadaan dilapangan. Pedoman wawancara hanya digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak keluar dari permasalahan pokok yang akan diteliti.
c.Metode Angket
Ada beberapa macam jenis pertanyaan dalam metode angket, yaitu pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, kombinasi tertutup dan terbuka, serta pertanyaan semi terbuka[52]untuk penelitian ini hanya menggunakan pertanyaan tertutup dan semi terbuka pertanyaan tertutup yaitu responden diberi alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan semi terbuka bila jawabannya sudah disediakan namun masih ada kemungkinan tambahan jawaban dari responden. Metode ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang ada di lapangan.
d.Dokumentasi
Dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.[53] Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan angket.
Jadi yang dimaksud dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan sumber-sumber tertulis yang ada, baik berupa laporan, diktat maupun dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian untuk memperkuat data yang telah ada.
5.Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. Namun pada dasarnya data penelitian ini adalah bersifat kualitatif yang kemudian di kuantitatifkandahulu kemudian dikembalikan lagi ke dalam bentuk kualitatif.
a. Metode Analisis Data Kualitatif
Metode analisis data kualitatif yaitu cara menganalisis data tanpa mempergunakan perhitungan angka-angka, melainkan mempergunakan sumber informasi yang relevan untuk memperlengkapi data yang penyusun inginkan.[54] Sedangkan metode berfikirinduktif adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, lalu dicari generalisasi yang memiliki sifat umum atau diambil kesimpulan umum.[55]
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data baik dari teknik observasi, wawancara maupun dokumentasi, pada lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah. Kemudian dikelompokkan sesuai dengan komponen masing-masing dan akhirnya ditarik kesimpulan.
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik Analisis Data Kuantitatif merupakan teknik analisa yang berupa angka-angka. Dalam hal ini digunakan teknik analisis statistik sederhana yaitu distribusi frekuensi relatif (Persentase) dengan rumus :
F
P = ---------- X 100 %
N
P = Angka persentase
F = Frekuensi
N = Number of Cases (Jumlah Frekuensi/banyaknya individu)[56]
G.Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui pembahasan skripsi ini, penulis memaparkan secara ringkas sistematika pembahasannya ; sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari empat bab, yaitu:
Bab I. Pendahuluan, bagian ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II. Menjelaskan tentang gambaran umum TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta meliputi, letak geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, dasar dan tujuan pendidikan, susunan organisasi, keadaan tenaga pengajar, keadaan santri (anak didik), sarana dan prasarana.
Bab III. Dalam bab ini memuat inti (hasil) serta analisis dari penelitian ini, yang berisi tentang usaha-usaha yang dilakukan orang tua sampai hasil penyebaran angket tentang peran orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’andi TPQ Nurul Ummah dengan metode qiraati serta bagaimana peran orang tua terhadap anaknya dan hasil dari peranan orang tua tersebut.
Bab IV. Penutup, yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan skripsi dan diakhiri dengan penutup.
[4] Mahmud Muhammad Al-Jauhari & Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun KeluargaQur’ani Panduan untuk Wanita Muslim,( Jakarta ; AMZAH, 2005), hal. 204.